Mengenal Allah S.w.t

1 Komen


Oleh : Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah an Nawawi

Tak kenal maka tak cinta, demikian bunyi pepatah. Banyak orang mengaku mengenal Allah, tapi mereka tidak cinta kepada Allah. Buktinya, mereka banyak melanggar perintah dan larangan Allah. Sebabnya, ternyata mereka tidak mengenal Allah dengan sebenarnya.

Sekilas, membahas persoalan bagaimana mengenal Allah bukan sesuatu yang asing. Bahkan mungkin ada yang mengatakan untuk apa hal yang demikian itu dibahas? Bukankah kita semua telah mengetahui dan mengenal pencipta kita? Bukankah kita telah mengakui itu semua?

Kalau mengenal Allah sebatas di masjid, di majlis dzikir, atau di majlis ilmu atau mengenal-Nya ketika tersandung batu, ketika mendengar kematian, atau ketika mendapatkan musibah dan mendapatkan kesenangan, barangkali akan terlontar pertanyaan demikian.

Yang dimaksud dalam pembahasan ini iaitu mengenal Allah yang akan membuahkan rasa takut kepada-Nya, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya. Sehingga kita boleh mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Yang akan menenteramkan hati ketika orang-orang mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani menghadapi segala macam problem hidup.

Faktanya, banyak yang mengaku mengenal Allah tetapi mereka selalu bermaksiat kepada-Nya siang dan malam. Lalu apa manfaat kita mengenal Allah kalau keadaannya demikian? Dan apa ertinya kita mengenal Allah sementara kita melanggar perintah dan larangan-Nya?

Lagi

Benarkah Dukun Mengetahui Perkara Ghaib?

4 Komen


Oleh:  Muhammad Abdurrahman Al Khumayyis

Pembaca,

Biarpun dunia telah memasuki zaman millennium, yang kata orang sebagai zaman serba canggih dengan segala perangkatnya. Ternyata tidak sedikit orang yang terjebak dan mempercayai permainan omong kosong apa yang disebut dengan nama ‘dukun’. Ada yang menyebutnya dengan istilah ‘orang pintar’, paranormal maupun tukang ramal nasib. Yang dipercayai dapat mengetahui nasib seseorang atau perihal ghaib lainnya. Bukankah hal itu tidak lebih sebagai tipu daya belaka terhadap pasien atau orang-orang yang bertanya dan mempercayai kepadanya. Lantas, bagaimanakah sang dukun mengetahui hal yang ghaib? Apakah hal-hal ghaib bisa dipelajari?

Lagi

Pendapat dari Empat Imam tentang masalah Taklid dan Ittiba’

Tinggalkan komen


1. Imam Asy Syafi’i

  • “Tidak ada seorang pun kecuali dia harus bermadzhab dengan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan menyendiri dengannya. Walaupun aku mengucapkan satu ucapan dan mengasalkan kepada suatu asal di dalamnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang bertentangan dengan ucapanku, maka peganglah sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah ucapanku.”

  • “Apa bila kamu mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka peganglah ucapan Beliau dan tinggalkanlah ucapanku.”

  • Lagi

Tauhid Asma’ dan Sifat

Tinggalkan komen


Tauhid Asma’ wa-Sifat iaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam Alquran dan sunah Rasul-Nya, menurut apa yang pantas bagi Allah SWT, tanpa ta’wil dan ta’thil (menghilangkan makna atau sifat Allah), tanpa takyif (mempersoalkan hakikat asma dan sifat Allah dengan bertanya “bagaimana”) dan tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Hal itu berdasarkan firman Allah SWT (yang ertinya), “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11).

Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupai-Nya, dan Dia menetapkan bahawa Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka, Dia diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat yang Dia berikan untuk diri-Nya, dan dengan nama dan sifat yang disampaikan oleh Rasul-Nya. Alquran dan sunah dalam hal ini tidak boleh dilanggar, kerana tidak seorang pun yang lebih mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada–sesudah Allah–orang yang lebih mengetahui Allah daripada Rasul-Nya. Maka, barang siapa yang mengingkari nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya atau menamakan Allah dan menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya, atau menakwilkan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Lagi

Tauhid Uluhiyyah

2 Komen


Uluhiyyah adalah ibadah. Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan, seperti doa, nazar, korban, raja’ (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan inabah (kembali/taubat). Jenis tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir.

Allah SWT berfirman (yang ertinya), “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (An-Nahl: 36).

Lagi

Older Entries